Dalam
sebuah hadist hasan shalil yang diriwayatkan Imam at-Tarmidzi, Nabi Muhamad Shallahu
‘Alaihi wa Sallam suatu hari berjalan bersama Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.
Beliau mendengar orang yang tengah membaca surah pendek di dalam Al-Qur’an.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsbzORK3_fBoKdj-r7xuzuI8DyWd_Jrw1NLVwKYDk2uN_jgzqHpr16YHGj2qW8rC8v598pd3D8uMFbZQScvxhK9GYGgbdp4btXy6amG1aDJpIyhk2rmNH5T1aliTTuxguHXnvMpgDtvOzL/s640/121859926_5601ab85b1.jpg)
Mendengar
itu (bacaan surah pendek) , Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Wajabat
(wajiblah).”
Lalu Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bertanya, “Ya Rasulullah, maksudnya wajib atas
apakah?”
Seperti
yang dikutip oleh HAMKA dalam Tafsir al-Azhar, Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Wajib bagi orang itu untuk
masuk ke dalam surga.”
Jika
surat al-Zalzalah disebut sebagai setengah dari
al-Qur’an nur karim, surat al-Kafirun diriwayatkan
sebagai satu perempat al-Qur’an, maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam menyebut surat ini sebagai satu pertiga al-Qur’an.
Inilah
surat ke-seratus dua belas yang disebutkan oleh sebuah riwayat yang senantiasa
dibaca oleh Nabi Muhamad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam shalatnya. Shalat
di kala fajar bersama surat al-Kafirun. Inilah surat
yang bermakna murni, al-Ikhlash. Meng-Esa-kan
Allah Ta’ala dengan tidak mensekutukan-Nya dengan sesuatu pun selain-Nya.
Masih
dari Tafsir al-Azhar, HAMKA mengutip sebuah
riwayat lain dari Imam al-Bukhari dan Imam Muslim. Al-Musthafa mengutus sekelompok
sahabat untuk melakukan patroli ke berbagai daerah. Seperti yang diriwayatkan
dari Ummul Mukminin ‘Aisyah binti Abu Bakar, pemimpin patroli ini selalu mengakhiri
shalat jahar (yang bacaannya dikeraskan) dengan surat al-Ikhlash pada rakaat kedua.
Setibanya
pada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, hal itu diadukan kepada Baginda Nabi Muhamad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Beliau yang mulia mendengarkan aduan tersebut. Sang pengadu menyampaikan
jawaban pemimpin rombongan yang mengatakan, “Itu adalah sifat Rabb yang Maha
Penyayang. Saya sangat menyukai membacanya (surat al-Ikhlash).”
“Katakanlah
kepadanya (pemimpin patroli),” jawab Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam kepada sahabat yang bertanya, “Allah Ta’ala pun senang kepadanya.”
Surat
al-ikhlas memang memiliki banyak keagungan karena kandungan utamanya. Surat yang
terdiri dari 3 ayat ini berisi tauhid sebagaimana puncak ilmu. Seperti yang
disebutkan di dalam riwayat lain, surat pendek ini juga berfungsi untuk ruqiyah
yang disunnahkan dibaca sebelum tidur sebanyak 3 kali bersamaan dengan surat
al-Falaq dan an-Nas.
Wallahu
a’lam.
Semoga
artikel ini bermanfaat. Silahkan dibagikan :)