Menanam ari-ari (masyimah) adalah satu satu tradisi yang masih hidup di tengah masyarakat. Hal ini biasa dilakukan ketika kelahiran seorang anak. Biasanya ari-ari ditanam di depan atau di dalam rumah dan dilakukan dengan berbagai cara. Menanam sekaligus memberikan penerangan merukapan salah satu yang masyhur di masyarakat.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiJnCh2899lM__zZHmpktX0FJhWDxhUA4N67GlzYOlT8Rdui1pFOg4oYN0NVg6cTqXma7RNzklZG6poXIv8A8AqSwDgw8T2RvmSafOHHwhkmHwBWtRcNdYXVL5mTynFs-AeiGozoJQnQwN/s640/images.jpg)
Di daerah tertentu pemananam ari-ari terkadang
disertai dengan penaburan bunga atau bahkan dengan menyertakan berbagai sesajen
dan makanan di dalamnya.
Pada hakikatnya menanam ari-ari ini dibenarkan
dalam islam bahkan disunnahkan. Tetapi jika disertakan dengan berbagai benda
yang dianggap tidak baik maka dalam hal itu termaksud katergori tabdzir
(menghamburkan).
Hukum sunnah menanam ari-ari terdapat keterangan
dalam kitab Nihayatul Muhtaj
وَيُسَنُّ دَفْنُ مَا انْفَصَلَ مِنْ حَيٍّ لَمْ
يَمُتْ حَالاًّ أَوْ مِمَّنْ شَكَّ فِي مَوْتِهِ كَيَدِ سَارِقٍ وَظُفْرٍ وَشَعْرٍ
وَعَلَقَةٍ ، وَدَمِ نَحْوِ فَصْدٍ إكْرَامًا لِصَاحِبِهَا.
“Dan disunnahkan mengubur anggota badan
yang terpisah dari orang yang masih hidup dan tidak akan segera mati, atau dari
orang yang masih diragukan kematiannya, seperti tangan pencuri, kuku, rambut,
‘alaqah (gumpalan darah), dan darah akibat goresan, demi menghormati orangnya”.
Tentang haramnya tabdzir sehubunga dengan menyetakan segala benda di
lingkungan tempat ari-ari di kubur terdapat dalam Hasyiyatul Bajuri :
(المُبَذِّرُ
لِمَالِهِ) أَيْ بِصَرْفِهِ فِيْ غَيْرِ مَصَارِفِهِ (قَوْلُهُ فِيْ غَيْرِ
مَصَارِفِهِ) وَهُوَ كُلُّ مَا لاَ يَعُوْدُ نَفْعُهُ إِلَيْهِ لاَ عَاجِلاً وَلاَ
آجِلاً فَيَشْمَلُ الوُجُوْهَ المُحَرَّمَةَ وَالمَكْرُوْهَةَ.
“(Orang yang berbuat tabdzir kepada
hartanya) ialah yang menggunakannya di luar kewajarannya. (Yang dimaksud: di
luar kewajarannya) ialah segala sesuatu yang tidak berguna baginya, baik
sekarang (di dunia) maupun kelak (di akhirat), meliputi segala hal yang haram
dan yang makruh”.
Keterangan ini diambil dari buku Ahkamul
Fuqaha’ Solusi Problematika Umat yang memuat hasil keputusan Bahtsul
Masail Nahdlatul Ulama dari 1926-2010.
Semoga artikel ini bermanfaat. Jangan lupa
membagikannya. Indahnya saling berbagi :)